Tugas
Kelompok Softskill
Nama : Adelia Larasati (20212145)
Arrafah
Marzuqoh (28212115)
Gustiyanti
(23212223)
Regita
Shandra Nirwana (26212088)
Kelas : 4EB23
Sejarah
Negara Jerman
Sejarah Jerman sebagai suatu
negara-bangsa dimulai semenjak terbentuknya Konfederasi Jerman pada tahun 1815
yang dimotori oleh Kerajaan Prusia. Namun, penghunian wilayah tepian timur
Sungai Rhein, yang sekarang menjadi lokasi sebagian besar negara Jerman, telah
berlangsung sejak masa prasejarah, jauh hingga ke Zaman Batu Tua
(Paleolitikum). Di tempat-tempat dekat aliran beberapa sungai besar yang
berbukit-bukit (misalnya Rhein dan Sungai Neckar) sejak ratusan ribu tahun
sudah menjadi tempat bermukim beraneka ragam masyarakat. Fosil Homo heidelbergensis
dan Homo neanderthalensis ditemukan di tempat semacam ini. Pada periode yang
lebih modern ditemukan peninggalan dari manusia Cro-Magnon dari Zaman Es
terakhir. Peninggalan-peninggalan peradaban Zaman Batu Baru (Neolitikum) dan
Zaman Perundagian (baik Zaman Perunggu dan Zaman Besi) juga ditemukan di banyak
tempat.
Karena wilayahnya yang subur,
berbagai suku pendatang menghuni wilayah ini. Peninggalan peradaban pertama
berasal dari masyarakat Kelt dari masa milenium terakhir sebelum era modern
(Masehi) yang datang dari timur. Orang-orang Slavia juga menghuni bagian timur
(sekitar Sungai Elba). Kemudian datang kaum Germanik dari utara yang menghuni
wilayah yang sama dan perlahan-lahan mendesak kaum Kelt ke arah barat menuju
Perancis dan Inggris meskipun perkawinan campur di antara kedua kelompok
berbeda bahasa ini diperkirakan luas terjadi. Ketika orang Romawi mulai
berekspansi ke utara pada abad terakhir sebelum Masehi muncullah
catatan-catatan tertulis mengenai wilayah ini.
Catatan tertulis mengenai wilayah
yang sekarang disebut Jerman (era protosejarah) dimulai sejak adanya
laporan-laporan tertulis Romawi dan Yunani mengenai kaum "Barbar"
(berarti "biadab") yang mendiami bagian utara Pegunungan Alpen.
Periode ini biasa disebut oleh sejarawan sebagai Periode Antik. Pada masa
menjelang ekspansi Romawi, wilayah Jerman dihuni oleh berbagai puak Germanik
yang saling bersaing satu sama lain. Kelemahan ini dimanfaatkan oleh orang
Romawi untuk menaklukkan wilayah timur Sungai Rhein dan mendirikan provinsi
Germania Magna. Pada abad pertama Masehi, pasukan Romawi kembali dapat didesak
mundur hingga ke tepi barat Rhein dan selatan Sungai Main dan Sungai Donau.
Wilayah
"Magna Germania" di awal abad ke-2 Masehi. Walaupun dalam peta ini
digambarkan sebagai satu kesatuan, dalam kenyataannya puak-puak Germanik tidak
terorganisasi dalam satu pemerintahan.
Perlahan-lahan, suku-suku Germanik
ini mulai memperluas wilayahnya ke arah barat setelah kekuatan Romawi memudar.
Walaupun Romawi secara politis sudah tidak kuat, namun secara budaya suku-suku
Germanik sangat terpengaruh oleh budaya Romawi. Secara bergantian bermunculan
puak-puak yang mendominasi dan mulai membentuk dinasti/wangsa berkuasa, seperti
wangsa Meroving dan wangsa Salia. Proses kristenisasi dan kultur feodalisme
juga mulai terbentuk pada periode ini.
Era sejarah dimulai sejak abad ke-5,
umum dinamakan Abad Pertengahan oleh sejarawan Eropa, dengan ditemukannya
dokumen-dokumen berbahasa Jerman Kuna, bahasa Latin yang ditulis oleh penduduk
setempat sendiri, atau bahasa-bahasa lainnya.
Pada abad ke-8 muncul satu suku
Jerman yang mencuat dan mendirikan imperium, mengikuti contoh yang pernah
ditunjukkan oleh orang Romawi sebelumnya, yaitu Franka, dengan penguasa pertama
Karl Martel (Charles Martel) dari Wangsa Meroving. Ia mendirikan Kerajaan
Franka, yang mendominasi Eropa barat dan tengah hingga beberapa abad
sesudahnya. Puncak kejayaan kerajaan ini terjadi pada masa pemerintahan Karl
Yang Agung (Charlemagne; memerintah 800-843) sekaligus mendirikan Wangsa
Karoling. Di akhir pemerintahannya, ia membagi wilayah luasnya menjadi tiga,
sesuai dengan tiga cucu lelakinya, yang dikenal sebagai Perjanjian Verdun.
Wilayah barat diperuntukan bagi Karl (Charles) yang kelak menjadi Kerajaan
Perancis, wilayah tengah diperintah oleh Lothar, dan wilayah timur
diperuntukkan bagi Ludwig (Louis).
Selanjutnya, panggung sejarah
didominasi oleh suatu federasi longgar berbagai dinasti feodal yang dikenal
sebagai Kekaisaran Romawi Suci sebagai hasil penyatuan kembali wilayah Kerajaan
Franka bagian timur dan tengah, serta takluknya Italia bagian utara di tangan
puak Jerman, yang membentang selama 8,5 atau hampir 10 abad tergantung dari
mana orang menghitungnya, dari abad ke-9 atau ke-10 sampai tahun 1806, dan
dipimpin oleh seorang kaisar. Pada masa kejayaannya, teritori kekaisaran ini
mencakup wilayah modern Jerman, Austria, Slovenia, Ceko, Polandia, Perancis
timur, Swiss, dan Italia utara. Periode yang panjang ini mengalami berbagai
gejolak seperti Persaingan Investiturat, Kelaparan Besar 1315-1317, Wabah Hitam
(The Black Death) 1347-1351, dan disepakatinya Piagam Emas 1356 (Die Goldene
Bulle) sebagai konstitusi pertama kekaisaran ini.
Pada abad ke-16, ketika telah
kehilangan banyak teritori bangsa non-Jerman, kekaisaran ini sempat disebut sebagai
"Kekaisaran Romawi Suci Bangsa Jerman". Abad ini menyaksikan pula
dimulainya Reformasi Protestan, yang dimulai oleh Martin Luther pada tahun 1517
di Wittenberg, sekarang terletak di Sachsen-Anhalt. Akibat dianutnya aliran
baru kekristenan ini oleh berbagai raja anggota Kekaisaran terjadilah
ketegangan internal dalam Kekaisaran, yang memuncak dengan terjadinya Perang
Tiga Puluh Tahun (1618–1648). Rangkaian peperangan ini berakhir dengan
disepakatinya Perdamaian Westfalia. Perang tersebut selanjutnya merombak
tatanan politik Kekaisaran karena beberapa waktu kemudian menandai era
persaingan di antara dua kekuatan politik, yaitu Wangsa Habsburg dari Kerajaan
Austria yang menganut Katolik sebagai kekuatan tradisional dan Wangsa
Hohenzollern cabang Utara penguasa Kerajaan Prusia yang menganut Kristen
Protestan yang berangsur-angsur semakin menguat.
Perang Napoleon mengubah alur
sejarah, dari orientasi feodalisme menjadi negara militeristik, dengan
terbentuknya Konfederasi Jerman tahun 1815–1866. Karena peran negara yang
represif, munculnya gerakan liberalisme di Eropa, serta Revolusi Februari 1848
di Perancis, sempat terjadi revolusi pada tahun 1848 yang dimotori oleh
mahasiswa dan kaum buruh. Walaupun dapat diredam, revolusi ini menghasilkan
parlemen pertama di Jerman, yaitu Parlemen Frankfurt, matangnya simbol-simbol
kebangsaan (bendera dan bakal lagu kebangsaan), dan menjadi pendorong
terbentuknya Kekaisaran Jerman tahun 1871–1918 seusai perang Perancis-Prusia
(1870-1871). Sejak saat ini Jerman mengadopsi sistem parlementer dengan
kanselir sebagai kepala pemerintahan. Kanselir pertama adalah Otto von
Bismarck.
Perang Dunia I berakhir dengan
runtuhnya Kekaisaran Jerman (dan juga Kekaisaran Austria-Hungaria, saingannya)
sekaligus menandai era republik dengan berdirinya Republik Weimar tahun 1919.
Jerman kehilangan wilayah Alsace-Lorraine (yang dicaploknya pada tahun 1871)
dan sebagian wilayahnya di Polandia, terutama kota pelabuhan Danzig. Periode
demokrasi ini berlangsung relatif singkat dan berakhir 1933.
Setelah
pemerintahan otoriter Jerman Nazi pimpinan Adolf Hitler tahun 1933–1945 yang
membawa kehancuran bangsa ini dalam Perang Dunia II, muncullah Republik Federal
Jerman (Jerman Barat) dan Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) sebagai
simbol Perang Dingin sejak 1949. Kekalahan dalam Perang Dunia II telah membuat
Jerman kehilangan wilayah timur yang jatuh ke tangan Polandia dan Rusia.
Terjadi pula aksi balas dendam di Polandia dan Cekoslowakia berupa pengusiran
paksa orang-orang Jerman dari wilayah mereka (Zwangsvertreibung). Di Rusia,
orang-orang keturunan Jerman banyak yang dibuang ke wilayah timur (Siberia).
Republik Weimar dan Rezim Nazi
Di awal Revolusi Jerman bulan
November 1918, Jerman mendeklarasikan dirinya sebagai republik. Meski begitu,
kekuatan komunis radikal kiri tetap berlanjut. Revolusi ini berakhir tanggal 11
Agustus 1919, ketika Konstitusi Weimar ditandatangani oleh Presiden Friedrich
Ebert. Jerman pada era ini menikmati kehidupan budaya yang sangat liberal
dengan kemakmuran ekonomi - disebut dengan Golden Twenties. Akibat Depresi
Besar tahun 1929 ditambah kondisi sulit akibat didikte oleh Perjanjian
Versailles mengakibatkan pemerintahan menjadi tidak stabil dii awal 1930-an.
Hal ini ditambah lagi dengan adanya tuduhan pada pemerintah Weimar bahwa mereka
dianggap mengkhianati negara karena menandatangani Perjanjian Versailles.
Tahun 1932, Partai Komunis Jerman
dan Partai Nazi mengontrol mayoritas Parlemen, yang terus menerus menentang
kebijakan pemerintah Weimar. Setelah kabinet yang terus-menerus gagal, Presiden
Paul von Hindenburg mengangkat Adolf Hitler sebagai Kanselir tanggal 30 Januari
1933. Sesaat kemudian situasi negara bertambah kacau dan Hitler mendapatkan
kekuatan tak terbatas. Menggunakan kekuatannya untuk menghindari ancaman terhadap
negara, Hitler kemudian mendirikan negara totaliter terpusat dalam beberapa
bulan. Industri kemudian direvitalisasi untuk kebutuhan militer.
Tahun 1935, Jerman kembali
mengontrol Saar dan 1936 juga mendapatkan Rhineland, kedua wilayah yang hilang
akibat Perjanjian Versailles. Tahun 1938, Austria dianeksasi, dan tahun 1939,
Cekoslowakia juga dibawah kontrol Jerman. Invasi Polandia dipersiapkan melalui
Pakta Molotov–Ribbentrop dan Operasi Himmler. Tanggal 1 September 1939
Wehrmacht Jerman meluncurkan serangan kilat ke Polandia, lalu kemudian
dianeksasi oleh Jerman dan Tentara Merah Soviet. Inggris dan Perancis
menyatakan perang terhadap Jerman, dan Perang Dunia II pun pecah. Perang pun
berlanjut, Jerman dan sekutunya dengan cepat menguasai hampir seluruh benua
Eropa dan Afrika Utara. Meski begitu, rencana Jerman untuk menguasai Inggris
mengalami kegagalan. Tanggal 22 Juni 1941, Jerman melanggar Pakta
Molotov–Ribbentrop dan menginvasi Uni Soviet. Serangan Jepang ke Amerika
Serikat menimbulkan deklarasi perang Jerman terhadap Amerika Serikat.
Pertempuran Stalingrad memaksa tentara Jerman untuk bergerak ke front timur.
Bulan September 1943, Italia, sekutu
Jerman, mengalami kekalahan, dan tentara Jerman dipaksa untuk bertahan membantu
Italia. Pendaratan Normandia membuka front barat dan tentara sekutu berhasil
mendesak masuk ke dalam wilayah Jerman. Tanggal 8 Mei 1945, tentara Jerman
mengalami kekalahan setelah Tentara Merah berhasil menduduki Berlin.
Jerman Timur dan Jerman Barat
Setelah kalahnya Jerman pada Perang
Dunia II, kawasan Jerman yang tersisa dan Berlin dibagi-bagi oleh Sekutu
menjadi 4 zona militer. Keempat zona ini menerima lebih dari 6,5 juta etnis
Jerman yang terusir dari wilayah timur. Sektor barat, yang dikuasai oleh
Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat, bergabung tanggal 23 Mei 1949 untuk
membentuk Republik Federal Jerman (Bundesrepublik Deutschland); dan tanggal 7
Oktober 1949, sektor timur yang dikuasai Soviet menjadi Republik Demokratik
Jerman (Deutsche Demokratische Republik, DDR). Secara umum, mereka dikenal
dengan "Jerman Barat" dan "Jerman Timur". Jerman Timur
memilih Berlin Timur sebagai ibukota, sedangkan Jerman Barat memilih Bonn.
Jerman Barat muncul sebagai negara
parlementer federal dengan sistem "ekonomi pasar sosial", bersekutu
dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Jerman Barat menikmati
pertumbuhan ekonomi luar biasa mulai tahun 1950-an (Wirtschaftswunder). Jerman
Barat juga bergabung dengan NATO tahun 1955 dan menjadi negara pendiri
Komunitas Ekonomi Eropa tahun 1957. Jerman Timur adalah negara Blok Timur
dengan kontrol militer dan politik Uni Soviet dan kemudian bergabung dengan
Pakta Warsawa. Meski Jerman Timur mengklaim negara demokrasi, namun kekuatan
politik dikendalikan sepenuhnya oleh (Politbüro) dibawah kontrol Partai
Kesatuan Sosialis Jerman (SED), yang didukung oleh Stasi, agen rahasia, dan
berbagai sub-organisasi lain yang mengontrol setiap aspek kehidupan.
Meski propaganda Jerman Timur banyak
diambil dari keuntungan program sosial mereka dan kecaman invasi Jerman Barat,
banyak warga Timur tetap ingin pergi ke Barat untuk mencari kebebasan dan
kemakmuran. Tembok Berlin, yang dibangun tahun 1961 untuk menghentikan penduduk
Jerman Timur melarikan diri ke Jerman Barat, menjadi simbol Perang Dingin,
sehingga kejatuhannya pada tahun 1989 menjadi simbol Kejatuhan Komunisme,
bersatunya kembali Jerman, dan Die Wende.
Tensi antara Jerman Timur dan Jerman
Barat mulai mereda di awal tahun 1970-an dengan kebijakan Ostpolitik Kanselir
Willy Brandt. Pada tahun 1989 Hungaria (anggota Blok Timur) membuka
perbatasannya dengan Austria (anggota Blok Barat) yang berakibat mengalirnya
ribuan pengungsi Jerman Timur ke Jerman Barat via Hungaria. Hal ini menyebabkan
kekacauan di Jerman Timur dan gelombang demonstrasi pun mendapat dukungan.
Krisis ini memaksa pemerintah Jerman Timur meletakkan kekuasaannya dan
menyetujui penyatuan dengan Republik Federal Jerman, yang secara resmi
ditandatangani tanggal 3 Oktober 1990 (sekarang menjadi Hari Persatuan Jerman,
Tag der Deutschen Einheit).
Reunifikasi Jerman dan Uni Eropa
Ibukota kemudian disepakati pindah
ke Berlin lagi pada tahun 1994 (berdasarkan Akta Berlin/Bonn). Relokasi
pemerintahan baru selesai pada tahun 1999. Bonn sendiri mendapatkan status
sebagai Bundesstadt (kota federal) karena menjadi tempat beberapa kementrian.
Sejak bersatu, Jerman menjadi lebih aktif dalam keanggotaannya di Uni Eropa dan
NATO. Jerman mengirim pasukan perdamaian untuk menjaga stabilitas di Balkan dan
mengirim pasukan tentara ke Afganistan sebagai usaha meredam pasukan Taliban.
Penurunan pasukan ini menjadi kontroversial karena menurut aturan domestik
mereka, Jerman mengirim pasukan hanya untuk peran pertahanan. Pada tahun 2005,
Angela Merkel menjadi Kanselir Jerman wanita pertama dengan koalisi besar di
pemerintahan.
Inflasi Negara Jerman
Tahun 1921
Hyperinflasi
Jerman
adalah negara yang perekonomiannya stabil, namun karena ambisinya menjadi
penguasa dan terjun kedalam peperangan, keuangan Jerman menjadi terguncang, oleh
karena perang itu didanai dari pinjaman. Pada awalnya Jerman dapat memenangkan
perang sehingga segala utangnya akan dibiayai negara yang kalah, akan tetapi hasilnya
justeru sebaliknya, alhasil Jerman harus membayar pinjaman dana perang
tersebut, dan ditambah lagi Jerman harus mengikuti keinginan negara pemenang
untuk membenahi pemerintahannya menjadi negara demokratik, serta harus membayar
semua kerusakan yang amat berat akibat peperangan.
Kala
itu Jerman tahun 1921, membentuk pemerintahan Weimar dan mulai membayar
utangnya 1/3 dari ahsil besi, batu bara, dan komoditas lainnya, serta kenaikan
tarif pajak. Akan tetapi pemerintahan Weimar menolak pembayaran sisanya,
sehingga Perancis dan Belgia menduduki Ruhr sebagai jantung industri Jerman. Kondisi
ini mengakibatkan ekonomi Jerman makin terpuruk. Jerman akhirnya menyerah dan
menyetujui ke perjanjian awal, akibatnya timbul MONEY CREATION mata uang MARK
yang menjadikan nilainya jatuh, dan harga-harga mulai naik tak terkendali, maka
HIPER INFLASI tak terelakkan lagi.
Pada
waktu itu sepotong roti yang sewajarnya berharga 160 Mark berubah menjadi
1.500.000 Mark. Kehidupan di Jerman makin remuk redam dan berdampak pada sosial
politik Jerman.
Pada tahun 1923 partai NAZI melakukan kudeta, kemudian utang pinjaman dihapuskan sehingga penyandang dananya jadi gigit jari. Pada tahun ini tak ada lagi uang pensiun, bagi pensiunan.
Pada musim gugur 1923 kehancuran Jerman semakin lengkap karena nilai mata uangnya tak bernilai lagi, 1 USD = 1 Triliiun MARK.
Pada tahun 1923 partai NAZI melakukan kudeta, kemudian utang pinjaman dihapuskan sehingga penyandang dananya jadi gigit jari. Pada tahun ini tak ada lagi uang pensiun, bagi pensiunan.
Pada musim gugur 1923 kehancuran Jerman semakin lengkap karena nilai mata uangnya tak bernilai lagi, 1 USD = 1 Triliiun MARK.
Pada saat itu
orang-orang kaya di Jerman kebingungan, tapi mereka masih memiliki asset-asset
berupa tanah, rumah, dan emas. Dari kesemuanya itu ternyata yang paling bisa
diandalkan
adalah simpanan berupa emas. Mengapa? karena harganya mengikuti laju inflasi. Sehingga nilai asset para pemilik emas relatif aman dan stabil. Pada tahun 1923 kanselor baru Jerman Gustav Streseman dan kepala bank sentralnya menukarkan mark menjadi renten mark. Upaya ini untuk membangun kembali ekonomi Jermandan didukung dengan pinjaman emas dari Amerika. Hasilnya mulai tahun 1924 harga 1 USD mulai berangsur turun menjadi 1 juta mark, dan sejak itu perekonomian berangsur-angsur pulih.
adalah simpanan berupa emas. Mengapa? karena harganya mengikuti laju inflasi. Sehingga nilai asset para pemilik emas relatif aman dan stabil. Pada tahun 1923 kanselor baru Jerman Gustav Streseman dan kepala bank sentralnya menukarkan mark menjadi renten mark. Upaya ini untuk membangun kembali ekonomi Jermandan didukung dengan pinjaman emas dari Amerika. Hasilnya mulai tahun 1924 harga 1 USD mulai berangsur turun menjadi 1 juta mark, dan sejak itu perekonomian berangsur-angsur pulih.
Tahun 2011
Inflasi Ringan
Laporan Destatis, Badan Statistik
Jerman, seperti dikutip dari AFP, menunjukkan, indeks harga konsumen (IHK) pada
2011 mencapai 2,3%, melaju dibanding posisi 2010 sebesar 1,1% dan jauh lebih
tinggi dibanding level 2009 sebesar 0,4%. Inflasi Jerman ini juga tercatat
lebih tinggi dari target Bank Sentral Eropa (ECB) yang berharap inflasi di 17
negara zona euro (pengguna matauang eurot) tak lebih dari 2%. Pengaruh
harga minyak pada 2011 cukup berperan. Destatis mencatat, inflasi noninti
(tanpa memperhitungkan minyak) pada 2011 mencapai 1,3 persen. Laporan itu juga
menunjukkan, Harmonised Index of Consumer Prices (HICP) biaya hidup di Jerman
secara tahunan (year-on-year) pada 2011 meningkat 2,5%. HICP adalah pembanding
internasional untuk inflasi di setiap negara anggota Uni Eropa (UE).
Tahun 2015
Inflasi Ringan




Tahun 2016
Inflasi Ringan
Dibandingkan dengan
bulan yang sama tahun sebelumnya, harga konsumen Jerman naik 0,3 persen pada
Maret 2016, kata kantor statistik Jerman Federal Destatis, mengutip perhitungan
awal nya.
Diukur dengan indeks
harmonisasi harga konsumen (HICP), standar Uni Eropa, inflasi tahunan Jerman
juga naik menjadi 0,1 persen pada Maret dari minus 0,2 persen pada Februari.
Peningkatan inflasi
di ekonomi terbesar Eropa agak meredakan kekhawatiran Bank Sentral Eropa yang
inflasi yang rendah dan tahan lama akan merugikan perekonomian.
Bank sentral
menetapkan target inflasi di “bawah, tapi dekat dengan” 2 persen. Awal bulan
ini, memotong ketiga suku bunga acuan dan memperluas program pelonggaran
kuantitatif untuk membeli aset senilai 80 miliar euro (sekitar 90500000000
dolar AS) per bulan.
Kantor Statistik Uni
Eropa dijadwalkan untuk merilis harga Maret data zona euro pada hari Kamis.
Analis memperkirakan laju inflasi untuk lebih tinggi dari tingkat minus 0,2
persen pada Februari.
Cara Negara Jerman mengatasi
Inflasi
Jerman Akan Nasionalisasi Hypo Real Estate
Menkeu Jerman Peer Steinbrueck, Rabu (18/02), dalam sidang
kabinet di Berlin.
Sementara itu, Rabu kemarin (18/02) pemerintah di Berlin juga
memutuskan untuk menasionalisasi bank yang nyaris bangkrut sebagai upaya
penyelamatan terakhir. Dalam waktu dekat, program yang disebut sebagai
“peraturan nasionalisasi penyelamatan” itu akan mengambil alih kepemilikan bank
perkreditan Hypo Real Estate yang dinyatakan bangkrut. Bank tersebut merupakan
salah satu bank penting dalam sistem keuangan di Eropa. Surat hutang Hypo Real
Estate sebelumnya dianggap kredit yang aman dan di Jerman surat hutang Hypo
Real Estate dibeli banyak pemerintah daerah dan perusahaan asuransi. Tapi
Kanselir Jerman Angela Merkel menekankan bahwa negara tetap memperhatikan para pembayar
pajak.
“Kami melakukan tindakan ini bukanlah untuk mendongkrak
perekonomian pasar, itu adalah alasan yang tidak masuk akal. Kami melakukan hal
ini untuk merangsang ekonomi pasar agar berfungsi kembali. Agar kami tetap
berhati-hati dalam menggunakan dana para pembayar pajak, kami harus dapat
mengawasi bank dengan lebih ketat, dalam hal ini Hypo Real Estate,“ ujar
Merkel.
Menurut Menteri Keuangan Peer Steinbrück, peraturan yang
baru saja disetujui sidang kabinet di Berlin Rabu (18/02), khusus diberlakukan
untuk Hypo Real Estate saja dan masa berlakunya terbatas hingga 15 Juni tahun
ini.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Jerman
http://vibiznews.com/tag/inflasi-jerman/
http://id.tradingeconomics.com/germany/inflation-cpi
https://logammulia.wordpress.com/2008/11/11/sejarah-hiper-inflasi-di-jerman/s
http://www.dw.com/id/cara-amerika-serikat-dan-jerman-atasi-krisis-ekonomi/a-4040220