PENGANTAR
BISNIS
KELAS : 1EB20
1.Dwi Lillah (22212290)
2.Fifi Latifah (22212931)
3.Regita Shandra Nirwana
(26212088)
4.Risma Ferda Fathir
(26212471)
5.Sherli Diah Ayu Lana
(26212979)
PENDAHULUAN
Polikultur ialah kegiatan pertanian yang melibatkan
penanaman beberapa jenis tanaman di tanah pertanian untuk mendapat kepelbagaian
tanaman. Aktivitas ini termasuk penanaman selingan,
penanaman pelbagai, penanaman selangan, penanaman berganti dan penanaman mengikutalor.
Cara menanam ini juga dapat meningkatkan penggunaan tanah dan masa dalam jangka
masa tertentu.
Penanaman rumput penggembalaan ini menggunakan
pola tanam murni hijauan makanan ternak yang memadukan antara bibit unggul rumput
dengan legum. Dengan pola tanam ini diharapkan ternak dapat memperoleh nutrient
yang lebih baik kerena tersedianya serat kasar yang didukung oleh ketersediaan
protein dari legume.
Penanaman leguminosa pada suatu padang
penggembalaan rumput asli dapat memberikan bantuan suplai nitrogen tanah,
melalui pengikatan nitrogen udara oleh nodul. Pada padang rumput saja yang
tidak dipupuk dan tidak ada pengembalian kotoran ternak, produksi bahan kering mencapai
2.240 kg/ha/tahun. Sedangkan dengan adanya penambahan leguminosa seperti Trifoliumrepens
dan Trifolium pretense pada padang rumput dapat menaikan produksi hingga
11.200 kg/ha/tahun.
Salah satu contoh dari teknik polikultur
adalah penanaman biji legume Centrosemapubescens dan pols rumput Brachiariadecumbens.
Bahan tanam biji menghendaki tempat tumbuh yang halus, bersih dan mantap sehingga
di perlukan pengolahan tanah dengan seksama. Kecambah sangat peka terhadap pengaruh
lingkungan misalnya invasi gulma, hama dan penyakit, kekurangan air serta suhu
yang tinggi. Oleh karena itu, penanaman akan dilaksanakan secara bertahap,
dimulai dengan penanaman legume untuk memberikan kesempatan tumbuh bagi biji.
Pols diperoleh dari pecahan rumput-rumput
yang sehat dan masih mengandung cukup banyak akar serta calon anakan baru. Sebelum
ditanam, dilakukan pemangkasan 40% dari bagian vegetative (terutama daun) untuk
menghindarkan penguapan yang berlebih sebelum akar dapat menyerap air. Pemangkasan
juga dilakukan pada bagian akar untuk merangsang pertumbuhannya.
Pendekatan polikultur mirip pola di versifikasi
(bertanam berbagai jenis tanaman). Bedanya pada polikultur bukan menanam semua tanaman
baru, tetapi mengkombinasi tanaman asli dengan tanaman ekonomis lain sehingga populasi
menjadi lebih padat dan beragam. Polikultur berbeda dengan tumpang sari, karena
kombinasi tumpang sari umumnya pada tanaman semusim sedangkan polikultur merupakan
kombinasi tanaman keras, tanaman semusim dan yang toleran hidup bersama tanaman
keras secara berkelanjutan.
POLIKULTUR MENJANJIKAN
Budidaya rumput laut dengan pola polikultur mulai
dikembangkan di Kabupaten Bekasi, di pantai utara Jawa Barat. Polikultur itu
memadukan komoditas rumput laut jenis Gracilaria sp, udang windu dan ikan
bandeng dalam tambak.
Di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat ratusan ton
rumput laut hasil polikultur mulai dipanen. Budidaya dengan polikultur
diterapkan oleh 28 kepala keluarga pada tambak-tambak tradisional seluas total
60 hektar.
Penerapan pola polikultur rumput laut-udang windu-bandeng
dapat menekan serangan penyakit pada udang. Sebelumnya, sebagian petambak telah
mengembangkan polikultur ikan bandeng dan udang windu. Namun, perubahan cuaca
menyebabkan udang windu sakit dan mati.
Dari setiap hektar lahan, produksi rumput laut kering
berkisar 2 ton. Masa panen bervariasi, yakni rumput laut 45 hari, bandeng 6
bulan, dan udang windu 4 bulan.
Pendapatan bersih setiap petambak dari panen rumput laut
mencapai Rp 2,5 juta per bulan. Pendapatan itu akan bertambah dari hasil panen
udang windu dan bandeng.
Polikultur rumput laut-udang windu-bandeng diterapkan
mulai tahun ini dilima kabupaten/kota di pantai utara (pantura) Jawa Barat,
yaitu Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Subang, Karawang,
dan Bekasi.
Pembinaan sistem polikultur dilakukan oleh Yayasan Al
Bahri melalui program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Pantura Jawa
Barat. Hingga saat ini, luas lahan tambak rakyat untuk polikultur berkisar 271
hektar (ha) dengan 108 pembudidaya yang terlibat.
Harga rumput laut ditingkat petambak saat ini Rp 5.000-
Rp 6.000 per kg, sedangkan ditingkat pabrik Rp 6.000- Rp 7.100 per kg. Rumput
laut diserap pabrik memiliki tingkat rendemen (kadar air) sekitar 18 persen.
Usaha budidaya perikanan perlu didorong ditengah kondisi
perikanan tangkap yang semakin tidak bisa diandalkan akibat penangkapan
berlebih (overfishing). Pembangunan budidaya perikanan secara optimal dapat
membangkitkan kehidupan masyarakat pesisir yang kini masih termajinalkan.
PENUTUP
·
Kesimpulan
Dengan menerapkan teknik
polikultur lebih memudahkan para petambak untuk menekan harga dan mendapatkan
keuntungan yang lebih.
·
DaftarPustaka
No comments:
Post a Comment