Nama : Regita Shandra Nirwana
Kelas : 1EB20
NPM : 26212088
Judul : Pengendalian Bahan Bakar Minyak (BBM)
Judul : Pengendalian Bahan Bakar Minyak (BBM)
PENDAHULUAN
Bahan bakar
adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan
bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi.
Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran
(reaksi redoks) dimana bahan bakar
tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen
di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal
dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir
atau Fusi nuklir). Hidrokarbon
(termasuk di dalamnya bensin
dan solar)
sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia.
Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif.
Bahan Bakar Minyak (BBM)
Bahan bakar Minyak merupakan bahan
bakar yang berbentuk cair paling populer. Selain bisa digunakan untuk
memanaskan air menjadi uap, bahan bakar cair biasa digunakan kendaraan
bermotor. Karena bahan bakar cair seperti Bensin bisa dibakar dalam karburator dan menjalankan mesin.
ISI
Pengendalian Bahan Bakar Minyak (BBM)
Di tengah keraguan untuk segera menaikkan harga bahan bakar minyak
bersubsidi demi menekan subsidi energi yang membengkak, pemerintah justru
kembali memunculkan rencana untuk membatasi konsumsi BBM bersubsidi bagi
kendaraan.
Dikendalikannya BBM bersubsidi dikarenakan penggunaannya yang sudah
berlebihan. Hal tesebut membuat fiskal pemerintah tidak optimal.
Dengan menggunakan sistem pemantauan dan pengendalian berbasis teknologi,
pemerintah akan mengontrol pembelian BBM bersubsidi di setiap stasiun pengisian
bahan bakar untuk umum (SPBU). Tujuannya, agar pengguna kendaraan memakai bahan
bakar bersubsidi di tingkat yang wajar.
Penjatahan pembelian BBM bersubsidi itu juga diyakini pemerintah bisa
mencegah praktik penyalahgunaan BBM bersubsidi. Salah satu yang sering
dilakukan di sejumlah daerah adalah membeli BBM bersubsidi jenis solar berulang
kali untuk dijual kembali ke industri.
Selama ini penyalahgunaan dalam penyaluran BBM bersubsidi dituding sebagai
salah satu penyebab tingginya konsumsi BBM bersubsidi hingga melampaui kuota
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tahun lalu, pemerintah
menambah kuota BBM bersubsidi dua kali sehingga kuotanya bertambah dari 40 juta
kiloliter dalam APBN 2012 menjadi 45,27 juta kiloliter.
Dalam APBN 2013, kuota BBM bersubsidi ditetapkan 46 juta kiloliter, dengan
asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude oil price/ICP)
100 dollar AS per barrel dan subsidi BBM Rp 193,8 triliun. Jika ICP mencapai
115 dollar AS per barrel, subsidi BBM diperkirakan bertambah Rp 50 triliun dari
yang dianggarkan. Belum lagi jika konsumsi BBM bersubsidi melampaui kuota.
Terkait hal itu, penerapan sistem pengendalian BBM bersubsidi berbasis
teknologi diklaim mampu mengubah perilaku pengguna kendaraan menjadi hemat BBM,
mengatasi praktik penyalahgunaan BBM bersubsidi, dan menjaga kuota BBM
bersubsidi agar tidak kembali jebol.
Dalam sistem itu, penghitungan volume penyaluran BBM bersubsidi dilakukan di
tingkat stasiun pengisian bahan bakar untuk umum, bukan lagi dihitung
berdasarkan volume BBM bersubsidi yang keluar dari depot BBM. Seluruh transaksi
pembelian BBM bersubsidi tercatat di komputer, termasuk data kendaraan, dan
terhubung dengan SPBU lain.
Uji coba telah dilakukan di Banjarmasin tahun lalu, tetapi sebatas mencatat
transaksi pembelian BBM bersubsidi. Kini pemerintah berencana memanfaatkan sistem
itu untuk membatasi konsumsi BBM bersubsidi. Jadi, setiap kendaraan dijatah
volume harian pembelian BBM bersubsidi. Jika jatahnya habis, mulut selang
tangki tidak lagi mengucurkan bahan bakar.
Namun, belum ada kejelasan pendanaan pengadaan perangkat teknologi itu,
apakah dengan penambahan alpha (margin dan biaya distribusi) dalam APBN atau
ditanggung Pertamina lewat pemotongan dividen ke pemerintah. Apalagi sejauh ini
belum ada payung hukum dan aspek konstitusional sebagai dasar pembenaran
pemerintah untuk membatasi masyarakat hanya mengonsumsi BBM bersubsidi dalam
volume tertentu.
Di sisi lain, penerapan kebijakan itu dinilai rumit dan kompleks dalam
implementasi, memerlukan waktu, kesiapan infrastruktur dan jaringan teknologi
informasi yang andal, serta kesiapan petugas di lapangan. Apalagi tercatat ada
sekitar 98.000 dispenser yang harus dipasangi perangkat teknologi yang tersebar
di sekitar 5.000 SPBU.
Namun, efektivitas kebijakan mengendalikan volume BBM bersubsidi agar tidak
jebol itu masih diragukan. Sebenarnya hal itu pernah diwacanakan pada tahun
2008, dengan ide kartu pintar yang juga berbasis teknologi, tetapi batal
diterapkan karena kompleksitas dan rendahnya efektivitas.
Karena itu, pemerintah mesti mengkaji dan mempersiapkan kebijakan itu secara
komprehensif agar tak sampai dipermasalahkan. Jangan sampai kebijakan itu hanya
seperti mengulang lagu lama karena keengganan memilih opsi kenaikan harga yang
jelas lebih rasional secara ekonomi.
Bahan
Bakar Alternatif.
Bahan bakar minyak (BBM )yang saat ini sedang dibicarakankan terutama pada
BBM bersubsidi yang tentunya harus dikendalikan karena penggunaannya yang sudah
berlebihan. Dengan adanya pengendalian tersebut, masyarakat diimbau untuk
beralih ke BBM non subsidi yaitu Pertamax atau menggunakan Bahan bakar
alternatif lain.
Air Laut Bahan Bakar
Alternatif Pengganti BBM
Bagi
masyarakat awam, air laut hanya dianggap air asin yang mungkin hanya
menghasilkan garam. Namun, bagi para ilmuwan yang menekuni ilmu kelautan, air
laut ternyata memiliki kekuatan dahsyat sebagai energi alternatif pengganti
bahan bakar minyak semisal solar atau premium.
Pengembangan air laut menjadi bahan bakar alternatif tidak hanya ramah lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran layaknya bahan bakar minyak, pemanfaatan air laut sebagai pembangkit listrik.
Pemanfaataan air laut sebagai bahan bakar alternatif juga sangat didukung dengan kondisi bentang alam Indonesia yang memiliki lautan yang lebih luas dibandingkan daratan.
Kawasan daerah kepulauan maupun pesisir pantai di di Bumi Khatulistiwa sangat cocok untuk pengembangan air laut sebagai bahan bakar. Air laut cocok dijadikan bahan bakar kapal nelayan menggantikan solar.
Cara kerjanya, air laut terlebih dahulu diendapkan sebelum disuling dalam sebuah tempat penampungan. Setelah disuling dengan alat penyulingan berukuran 0,1 mikron, maka akan memproduksi minyak sel yang berasal dari biota laut.
Di Amerika, teknologi biodiesel air laut telah digunakan untuk kebutuhan industri, juga untuk bahan bakar kapal nelayan dan listrik warga masyarakat di pulau-pulau.
Pengembangan air laut menjadi bahan bakar alternatif tidak hanya ramah lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran layaknya bahan bakar minyak, pemanfaatan air laut sebagai pembangkit listrik.
Pemanfaataan air laut sebagai bahan bakar alternatif juga sangat didukung dengan kondisi bentang alam Indonesia yang memiliki lautan yang lebih luas dibandingkan daratan.
Kawasan daerah kepulauan maupun pesisir pantai di di Bumi Khatulistiwa sangat cocok untuk pengembangan air laut sebagai bahan bakar. Air laut cocok dijadikan bahan bakar kapal nelayan menggantikan solar.
Cara kerjanya, air laut terlebih dahulu diendapkan sebelum disuling dalam sebuah tempat penampungan. Setelah disuling dengan alat penyulingan berukuran 0,1 mikron, maka akan memproduksi minyak sel yang berasal dari biota laut.
Di Amerika, teknologi biodiesel air laut telah digunakan untuk kebutuhan industri, juga untuk bahan bakar kapal nelayan dan listrik warga masyarakat di pulau-pulau.
Listrik berpotensi menjadi sumber
energi alternatif untuk masa depan. Emisi gas buang yang dihasilkannya adalah
nol alias tak ada sama sekali. Hal ini tentu saja sangat mendukung upaya
pelestarian lingkungan. Mobil bertenaga listrik menjadi solusi yang
menjanjikan. Namun pemakaiannya perlu didukung oleh para produsen komponen
listrik.
Etanol atau Metanol merupakan
varian dari alkohol, dan dapat dihasilkan dari gas alam atau sumber daya alam
lain yang mengandung karbon. Masa depan alkohol sebagai bahan bakar alternatif
cukup menjanjikan, karena memiliki tingkat polusi rendah, sehingga lebih ramah
lingkungan. Etanol juga relatif lebih murah diproduksi, meskipun sebagian masih
bergantung pada cadangan gas alam.
Hidrogen diproduksi dengan
memecah gas alam dan sumber daya lain yang sejenis. Sumber terbesar hidrogen
adalah air. Ketika teknologi untuk mensintesis hidrogen dari air telah
ekonomis, hidrogen berpotensi besar menjadi arus utama bahan bakar di masa
depan. Banyak penelitian masih harus dilakukan, dan penggunaan hidrogen sebagai
bahan bakar alternatif sangatlah potensial.
Biodiesel dibuat dengan mengolah
dan mengekstrak energi dari berbagai macam tanaman dan sayuran. Bahan mentah
untuk biodiesel amat melimpah sekaligus merupakan bahan bakar yang ramah
lingkungan dengan emisi rendah. Satu-satunya hambatan dalam proses produksinya
adalah peralatan yang dapat mengekstrak sejumlah besar energi biomassa dari
berbagai sumber.
Gas alam tergolong bahan bakar
yang bersih. Gas alam diperoleh langsung dari alam atau hasil sampingan
pengeboran minyak bumi, dan jumlahnya masih sangat besar. Gas alam dikenal
memiliki emisi buang lebih rendah dibanding bensin atau solar, sehingga lebih
ramah lingkungan. Fakta juga menunjukkan gas alam mengeluarkan emisi karbon
monoksidan 90% lebih rendah dibandingkan bensin atau solar.
E85 adalah jenis bahan bakar yang
bisa digunakan sebagai alternatif bagi bensin. E85 adalah campuran etanol (85
persen) dan bensin (15 persen). Kelemahannya, E85 kurang efisien dibandingkan
dengan bensin. Dibutuhkan dua kali E85 lebih banyak dibanding bensin untuk
menempuh jarak yang sama.
PENUTUP
Dengan adanya pengendalian BBM dan beralih ke bahan bakar non subsidi dan
bahan bakar alternatif setidaknya dapat
mengurangi pembengkakan dana APBN pada kuota BBM bersubsidi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jurukunci.net/2012/06/air-laut-bahan-bakar-alternatif.html
http://ekbis.sindonews.com/read/2013/03/11/33/726017/membebani-fiskal-bbm-bersubsidi-harus-dikendalikan
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/03/27/09065495/Pengendalian.BBM.Mengulang.Lagu.Lama
http://www.otosia.com/berita/inilah-6-bahan-bakar-alternatif-pengganti-minyak-6.html
No comments:
Post a Comment