Friday, April 12, 2013

TULISAN 2 PEREKONOMIAN INDONESIA

Nama      : Regita Shandra Nirwana
Kelas       : 1EB20
NPM       : 26212088

Judul       : Ancaman Inflasi Bebani Rupiah

PENDAHULUAN
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.



ISI
Ancaman Inflasi Bebani Rupiah
Upaya Bank Indonesia menjaga mata uang agar tidak melemah terlalu tajam mampu memicu penguatan rupiah di pengujung 2012. Di pekan terakhir tahun ini, tekanan terhadap rupiah masih tetap tinggi sehingga mata uang lokal terus mengarah ke level 9.800 per dolar Amerika Serikat. Namun intervensi pasar yang dilakukan oleh BI mampu menahan laju pelemahan rupiah dan tetap berada di bawah 9.700 per dolar AS.

Jumat lalu, nilai tukar rupiah berhasil menguat 26 poin (0,27 persen) ke level 9.637 per dolar AS, yang berarti dalam sepekan juga terapresiasi 21 poin (0,22 persen) dari posisi pekan sebelumnya, di 9.658 per dolar AS. Namun, sepanjang Desember, rupiah melemah 42 poin (0,43 persen) dibanding akhir November, di level 9.595 per dolar AS.

Kekhawatiran atas tingginya ancaman inflasi pada tahun depan dari rencana kenaikan harga tarif daya listrik, bahan bakar minyak bersubsidi, serta upah buruh dapat memicu kenaikan harga yang membuat animo investor berinvestasi dalam mata uang rupiah agak tertahan. Tingginya inflasi dapat memicu pelemahan rupiah sehingga investor asing bisa mengalami kerugian dari sisi nilai tukar.

Namun kemungkinan adanya aliran dana asing, baik ke pasar finansial maupun ke sektor riil di awal tahun, dapat memicu apresiasi rupiah. Ekonomi domestik yang masih cukup cerah dan diprediksi di atas 6 persen serta fundamental yang tetap solid dapat menjadi daya tarik bagi investor asing.








PENUTUP
Tingginya inflasi dapat memicu pelemahan rupiah, sehingga investor asing bisa mengalami kerugian dari sisi nilai tukar. Kemungkinan aliran dana asing yang masuk pada awal tahun ke pasar finansial ataupun ke sektor riil dapat memicu apresiasi rupiah. Ekonomi Domestik yang masih cukup baik apat menjadi daya tarik bagi investor asing.




DAFTAR PUSTAKA
http://www.tempo.co/read/news/2012/12/31/092451207/Ancaman-Inflasi-Bebani-Rupiah

No comments:

Post a Comment